Thursday, July 30, 2009

Batang Korek Api yang Terbakar

Adakah hubungan antara batang korek api dan manusia? Ada. Ketika dibakar, setiap batang kayu kecil itu meninggalkan jejak hangus yang berbeda. Itu mirip proses identifikasi manusia, di mana setiap pribadi adalah sosok yang unik. Ilham Khoiri

Yuli Prayitno (35), pematung lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, menempatkan korek api sebagai gambaran karakter manusia. Dia membuat bermacam obyek seni dengan idiom batang korek api terbakar. Hasilnya, digelar dalam pameran tunggalnya, ”I Love...” di Nadi Gallery, Jakarta, 1-13 April 2009.

Dari total 24 karya yang dipajang, sebagian memang memanfaatkan batang korek api. Kadang potongan kayu kecil dibiarkan utuh, lain kali ditempelkan, dibakar, dibuat jadi kaki kursi, jadi tangkringan burung, atau dijadikan kepala manusia. Setiap perlakuan melahirkan karya berlainan. Tengok saja karya berjudul ”Burn My Heart”. Sebuah resin berbentuk hati ditempeli ribuan batang korek api. Pada bagian bawah hingga tengah, batang itu masih utuh. Pada bagian atas, batang itu telah terbakar-menghitam.

Obyek berjudul ”I Can’t Get Now Satisfaction” memanfaatkan batang korek api terbakar yang besar. Benda ini dijadikan salah satu kaki kursi yang memanjang.

Pada karya ”Space Race”, batang korek itu dijadikan kepala boneka manusia yang tertempel di atas guratan peta berbentuk hati di atas kayu. Karya ”Shock!” menggunakan batang itu jadi tempat tangkringan burung yang becermin pada bidang bundar dari stainless steel. Karya ”Dump Drop” berupa keran air juga menggunakan batang korek api alat pemutar keran.

Ada apa dengan batang korek api sampai-sampai Yuli begitu getol mengeksplorasinya? Seniman ini mengaku suka mengamati benda itu sejak kecil karena mirip proses identifikasi manusia. ”Saat dibakar, batang itu menghangus dan menjadi benda baru dengan bentuk dan warna berbeda-beda. Begitu pula manusia yang anatominya serupa, tetapi setiap individu punya karakter unik,” katanya.

Lalu, apa yang hendak disampaikan lewat batang korek api? Batang yang dipelintir jadi benda lain, katanya, diharapkan bisa menciptakan kejutan visual yang memancing perhatian. ”Setelah itu, orang bebas masuk dan menangkap tafsir apa saja. Bisa soal kefanaan, pluralitas, kerapuhan cinta, atau perbedaan antara harapan dan kenyataan.”

Yuli juga menggulati benda keseharian lain, seperti telinga (dari silikon), cabe (dari kasur kapuk), atau boneka tentara (yang dilelehkan membentuk gumpalan hati). Semua itu menyodorkan obyek-obyek yang merangsang penasaran. Tajuk ”I Love...” justru menggambarkan kegandrungan Yuli kepada benda-benda itu, bukan menggagas tema cinta umum.

kompas

sejarah korek

Pada tahun 1800an, baja, batu geretan, dan sabuk/kawulmsih digunakan untuk membuat api. Korek api pertama yang yg memakai fosfor dibuat pada tahun 1830an. Korek api disimpan pada sebuah kotak spesial karena dapat terbakar pada permukaan apapun.

Pada 1844, Profesor Gustaf Erik Pasch mengganti fosfor kuning yang beracun dengan fosfor
merah yang tidak beracun. Dia juga memisahkan ramuan bahan kimia untuk ujung korek api dan meletakkan fosfor pada permukaan untuk digesek pada kotak luarnya. Korek api yang aman telah tercipta. Ini adalah sebuah hasil penemuan yang berarti dan penting, yang membuat Swedia terkenal di dunia. Sayang sekali, produksinya sungguh sulit dan mahal.

Pada tahun 1864, insinyur yang lebih tua 28 tahun, Alexander Lagerman mendesign korek api mesin otomatis yang pertama. Pada waktu itu, produksi yang menggunakan tangan atau secara manual berganti menjadi produksi massa, korek api yang aman dari korek api JONKOPING (swedia) diekspor keseluruh dunia dan menjadi terkenal di dunia.

Pada 1868, perusahaan korek api Vulcan AB ditemukan di Tidaholm, swedia. Sekarang, perusahaan Tidaholm, dimiliki oleh Swedish Macth, yang dianggap jalur produksinya memiliki teknologi paling yang paling berkembang dalam korek api di dunia. Pemikiran tentang Lingkungan adalah bagian yang sangat penting dalam proses menghasilkan produksi dan bahan kimia sudah diganti, kotak korek api sudah terbuat dari kertas yang didaur ulang.

Ada juga beberapa pendapat lain mengenai Korek api...

Korek api adalah sebuah alat untuk menyalakan api secara terkendali. Korek api dijual bebas di toko-toko dalam bentuk paket sekotak korek api. Sebatang korek api terdiri dari batang kayu yang salah satu ujungnya ditutupi dengan suatu bahan yang umumnya fosfor yang akan menghasilkan nyala api karena gesekan ketika digesekkan terhadap satu permukaan khusus. Walaupun ada tipe korek api yang dapat dinyalakan pada sembarang permukaan kasar. Korek api yang menggunakan cairan seperti naphtha atau butana disebut korek api gas.

Bangsa Tiongkok sejak 577 telah mengembangkan korek api sederhana yang terbuat dari batang kayu yang mengadung belerang. Korek api modern pertama ditemukan tahun 1805 oleh K. Chancel, asisten Profesor L. J. Thénard di Paris. Kepala korek api merupakan campuran potasium klorat, belerang, gula dan karet. Korek api ini dinyalakan dengan menyelupkannya ke dalam botol asbes yang berisi asam sulfat. Korek api ini tergolong mahal pada saat itu dan penggunaannya berbahaya sehingga tidak mendapatkan popularitas.

Korek api yang dinyalakan dengan digesek pertama kali ditemukan oleh kimiawan Inggris John Walker tahun 1827. Penemuan tersebut diawali oleh Robert Boyle tahun 1680-an dengan campuran fosfor dan belerang, tetapi usahanya pada waktu itu belum mencapai hasil yang memuaskan. Walker menemukan campuran antimon (III) sulfida, potasium klorat, natural gum, dan pati dapat dinyalakan dengan menggesekkannya pada permukaan kasar.
kaskus.us